Tugas Farmasi : Laporan Kurva Laju Pengeringan (Laporan FTS Padat)
KURVA LAJU PENGERINGAN
A. Tujuan:
Untuk mengetahui proses perubahan kandungan air dalam granul akibat perlakuan panas selama proses pengeringan.
B. TEORI
Pembuatan tablet dapat dikerjakan dengan tiga macam metode:
1. Granulasi basih (wet granulation)
2. Granulasi kering (dry granulation), dan
3. Cetak langsung (direct compression)
Metode granulasi basah dilakukan dengan terlebih dahulu mencampur bahan obat dengan bahan pengisi, kemudian ditambah bahan pengikat sampai terjadi massa granul yang baik. Massa granul kemudian dikeringkan dalam almari pengering dengan maksud untuk menghilangkan air yang terkandung dalam granul dengan cara pemanasan.
Pada saat proses pengeringan benlangsung terjadi perpindahan panas dan perpindahan massa. Panas berasal dari ruangan almari pengering dan masuk ke dalam partikel granul. Sedangkan perpindahan massa berupa difusi air dan dalam granul ke permukaan, untuk kemudian berubah menjadi uap dan lepas mengikuti aliran udara kering.
Laju penguapan air dapat diungkapkan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
laju penguapan air (g/waktu)
q = laju perpindahan panas (BTU/waktu)
Ï„ = panas laten penguapan air (BTU/g)
Dilain pihak, laju difusi air dan permukaan granul diungkapkan dalam persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
= laju difusa air (g/waktu)
k’ = koefisien perpindahan massa
A = luas permukaan serbuk
Hs = kelembaban mutlak
Hg = kelembaban mutlak pada daerah aliran udara
k’ bukan suatu tetapan yang konstan, melainkan harganya bervariasi tergantung pada kecepatan aliran udara dalam almari pengering. Besarnya hanga tetapan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
k’ = c.Gn
Keterangan:
c = tetapan proporsional
G = laju aliran udara, dan
n = pangkat fraksi yang umumnya berharga sekitar 0,82
Proses pengeringan berlangsung dalam lima tahap. Tahap pertama disebut Tahap awal, tahap kedua disebut Tahap laju konstan, tahap ketiga disebut Tahap laju penurunan pertama, tahap keempat disebut Tahap laju penurunan kedua dan tahap kelima disebut Tahap kandungan lembab seimbang.
Pada tahap laju konstan, laju penguapan sama dengan laju perpindahan panas. Dengan demikian, persamaan berubah menjadi:
Laju perpindahan panas q, merupakan harga jumlah dari laju perpindahan panas pancaran (qc), panas radiasi (qr), dan panas rambatan (qk). Dengan demikian, persamaan berubah menjadi:
Laju perpindahan panas pancaran (qc) meningkat dengan naiknya laju aliran udara masuk, atau temperatur udara yang masuk. Sedangkan laju perpindahan panas radiasi (qr) bertambah besar dengan semakin tingginya radiasi temperatur tinggi pada ahmari pengering. Di lain pihak harga (qk) meningkat dengan menipiskan lapisan serbuk/granul yang dikeringkan. Harga (Hs - Hg) akan bertambah besar dengan cara dehumidifakasi ruangan.
Laju pengeringan suatu serbuk/granul dapat diketahui dengan meletakkan bahan yang akan dikeringkan di atas nampan neraca dalam almari pengering, kemudian mengamati perubahan berat serbuk/granul yang terjadi selama proses pengeringan berlangsung. Gambaran laju pengeringan dapat diperoleh dengan membuat kunva kandungan lembab MC (Moisture Content) sebagai fungsi waktu pengeringan.
Harga MC dihitung dengan mengetahui berat air dalam cuplikan serbuk untuk setiap berat cuplikan kering dikalikan 100%.
Secara teoretis gambaran laju pengeringan tampak dalam kurva gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Kurva laju pengeringan
Kurva laju pengeringan dapat dibagi dalam lima bagian, sesuai dengan tahap proses yang terjadi selama pengeringan, yaitu:
1. Tahap awal
2. Tahap laju konstan
3. Tahap laju penurunan pertama
4. Tahap laju penurunan kedua
5. Tahap kandungan lembab seimbang
B. Alat dan bahan
1. Alat
* Piring petri 6 (enam) pasang
* Almari pengering
* Ayakan, dan
* Neraca
2. Bahan (formula granulatum simpleks):
* Laktosa .......................... 100 g
* Amilum manihot.............. 100 g
* Mucilago amilum (7,5%) qs
Batasan kondisi percobaan:
1. Diameter piring petri sama besar
2. Berat granul yang dimasukkan ke dalam setiap piring petri sama
3. Berat sampel kering diperoleh dengan mengeringkan granul selama satu minggu 4. Tebal granul pada setiap piring petri harus sama
Pertanyaan:
Mengapa perlu batasan percobaan seperti di atas, dan terangkan alasannya!?
C. Cara kerja:
1. Timbang piring petri kosong (wadah dan tutupnya)
2. Timbang laktosa dan amilum manihot masing-masing seberat 100 gram, masukkan ke dalam mikser dan campur sanpai homogen (5 menit)
3. Buat mucilago amilum 7,5% sebanyak 100 ml, dan tambahkan pada campuran (2) sedikit demi sedikit sebanyak 30 ml, campur homogen sampai terbentuk massa granul, kemudian ayak dengan ayakan no. 12 mesh. Catat volume mucilago amilum yang digunakan!
D. TUGAS MAHASISWA :
1. Membuat granul untuk dikeringkan selama 30 menit
2. Membuat granul untuk dikeringkan selama 3 hari
Contoh perhitungan kandungan lembab setelah waktu pengeringan selama 30 menit (MC30): a. Sebelum pengeringan:
(t = 0 menit) Berat petri + granul basah ....... = 225,000 g
Berat petri = 200,000 g
Berat granul basah = 25,000 g
b. Setelah pengeringan 30 menit:
(t = 30 menit) Berat petri + granul basah = 223,750 g
Berat petri = 200,000 g
Berat granul basah (t30) = 23,750 g
c. Setelah pengeringan 3 hari:
(t = 3 hari) Berat petri + granul basah = 219,000g Berat petri = 200,000 g
Berat granul basah (t3 hari ) = 19,000 g
Jadi kandungan lembab granul setelah pengeringan 30 menit:
MC 30 = 25%
Komentar
Posting Komentar