Virus DNA dan RNA
Virus berasal dari bahasa Latin yang berarti “racun”. Virus memiliki ciri khusus yang membedakan dengan kelompok mahkluk hidup yang lain. Dalam klsifikasi makhluk hidup, virus dipisahkan menjadi kelompok tersendiri. Cabang biologi yang mempelajari tetang virus adalah virologi (Campbell, dkk. 2010: 412). Virus juga merupakan partikel yang bertindak sebagai Parasit obligat. Yang mana kecenderungan ini membuat virus harus bergantung pada sel hidup agar dapat berkembang dan bertahan hidup.
Berdasarkan Komponen penyusunnya Virus terdiri memiliki perbedaan yang cukup signifikan terutama dalam komponen penyusun genetik. Terdapat Virus yang memiliki Komponen DNA dan RNA. Tergantung pada genomnya, virus dapat berupa virus DNA atau virus RNA. Lebih lanjut, DNA dapat berupa untai tunggal atau untai ganda; bisa juga linier atau melingkar.
DNA VIRUS ITU APA?
Virus DNA adalah virus yang mengandung genom DNA. Beberapa virus mengandung genom DNA untai ganda, sementara beberapa lainnya mengandung genom DNA untai tunggal. Oleh karena itu, mereka termasuk dalam grup 1 dan grup 2 dari klasifikasi Baltimore. Selanjutnya, genom ini bisa linier atau tersegmentasi.
Selain itu, virus ini biasanya besar, icosahedral, diselimuti lipoprotein, dan mereka tidak memiliki enzim polimerase. Kapan pun mereka mereplikasi, mereka menggunakan DNA polimerase inang atau DNA polimerase yang disandikan secara virus. Selain itu, mereka menyebabkan infeksi laten. Beberapa contoh virus DNA adalah virus herpes, poxvirus, hepadnavirus, dan hepatitis B.
RNA VIRUS ITU APA?
Virus RNA adalah virus dengan RNA dalam genomnya. Virus-virus ini dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai virus RNA untai tunggal dan virus RNA untai ganda. Namun, sebagian besar virus RNA adalah single-stranded dan mereka dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi virus RNA negative-sense dan positive-sense. RNA positive-sense berfungsi langsung sebagai mRNA. Tetapi untuk berfungsi sebagai mRNA, RNA indra-negatif harus menggunakan RNA polimerase untuk mensintesis untai positif dan komplementer.
Virus RNA termasuk dalam kelompok III, IV, dan V dari klasifikasi Baltimore. Kelompok III mencakup virus RNA untai ganda, sedangkan kelompok IV mencakup virus RNA untai tunggal rasa positif. Akhirnya, grup V menyertakan virus ssRNA akal-negatif. Selain itu, retrovirus juga memiliki genom RNA beruntai tunggal, tetapi mereka mentranskripsi melalui perantara DNA. Oleh karena itu, mereka tidak dianggap sebagai virus RNA. Rhabdovirus, coronavirus, SARS, poliovirus, rhinovirus, virus hepatitis A, dan virus influenza, dll beberapa Virus ini merupakan Contoh virus dengan golongan RNA. \
A. Penyakit dari Virus DNA
1. Polio
Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus polio yang berasal dari genus Enterovirus dan family Picorna viridae (Miller, 2004). Penyakit ini ditandai dengan gejala nyeri tenggorokan, rasa tidak enak diperut disertai demam ringan, nyeri kepala ringan,dan kelumpuhan akut, kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa . Wilson (2001) menyatakan bahwa penyakit polio (Poliomyelitis) tersebut dinilai berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi, kerusakan otak yang menyebabkan kelumpuhan pada organ dalam, kelumpuhan pada kaki, otot-otot dan bahkan kematian (polio bulbar). Menurut Wilson (2001) disebutkan bahwa individu yang terjangkit polio jenis paralisis spinal tidak akan sembuh disebabkan vaksinasi hanya dapat dilakukan sebelum tertular. Strain poliovirus jenis ini menyerang saraf tulang belakang yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada kaki secara permanen. Akan tetapi polio jenis ini tidak mematikan karena tidak menyerang organ vital. Berdasarkan data dari WHO (2008), penyebaran penyakit polio dapat ditekan dengan program vaksinasi. Sampai saat ini, program vaksinasi masih dipercaya sebagai cara yang paling efektif dalam menekan penyebaran penyakit polio.
Masa inkubasi Poliomielitis berkisar antara 3 -6 hari dan kelumpuhan akan terjadi dalam waktu 7-21 hari. Replikasi di motor neuron terutama terjadi di sumsum tulang belakang menimbulkan kerusakan sel dan kelumpuhan serta atrofi, sedang virus yang berbiak di batang otak akan meyebabkan kelumpuhan bulbar dan kelumpuhan pernafasan. Manifestasi klinis paparan virus polio pada manusia ada 4 bentuk yaitu: 1. Inapparent infection tanpa gejala klinik yang banyak terjadi (72%), 2. Minor Illness (abortif Poliomielitis) dengan gejala panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemas, tidak ada nafsu makan dan sakit pada tenggorokan, gangguan gastrointestinal, dan nyeri kepala ringan. Pemeriksaan fisik dalam batas normal, pemeriksaan CSS normal dan sembuh dalam waktu 24-72 jam. 3. Non paralitik Poliomielitis (meningitis aseptik), ditandai dengan adanya demam tinggi 39,5 °C, sakit kepala, nyeri pada ototr, hiperestesi dan parestesi, tidak ada nafsu makan, mual, muantah, konstipasi atau diare dapat timbul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kaku kuduk, brudzinki dan kernig positif, perubahan refleks permukaan dan refleks dalam dimana refkes tersebut mulai menurun. Hasil lumbal pungsi didapatkan adanya kenaikan sel, pada permulaan PMN (polimorfonuklear) kemudian berubah menjadi mononuklear, protein normal atau sedikit meningkat dan kadar glukosa normal. 4. Paralitik Poliomielitis, dimulai dengan gejala seperti non paralytik Poliomielitis ditambah dengan diketemukannya kelumpuhan pada satu atau dua ekstremitas dan hilangnya refleks superfisial atau refleks tendon dalam (tipe spinal). Pada major illness, gejala klinis dimulai dengan demam, kelemahan yang terjadi dalam beberapa jam, nyeri kepala dan muntah.
2. Varisela
Varisela disebabkan oleh virus Herpes varicella atau disebut juga varicella-zoster virus (VZV). Varisela terkenal dengan nama chickenpox atau cacar air adalah penyakit primer VZV, yang pada umumnya menyerang anak. Sedangkan herpes zoster atau shingles merupakan suatu reaktivitasi infeksi endogen pada periode laten VZV, umumnya menyerang orang dewasa atau anak yang menderita defisiensi imun. Varisela sangat mudah menular terutama melalui percikan ludah, dapat juga kontak langsung dan jarang melalui kontak tidak langsung. Varisela dapat menyerang semua golongan umur termasuk neonatus, 90% kasus berumur 10 tahun dan terbanyak umur 5-9 tahun. Viremia terjadi pada masa prodromal sehingga transmisi virus dapat terjadi pada fetus intrauterin atau melalui transfusi darah. Pasien dapat menularkan penyakit selama 24 jam sebelum lesi kulit timbul, sampai semua lesi timbul krusta/keropeng, biasanya 7-8 hari. Seumur hidup seseorang hanya satu kali menderita varisela. Serangan kedua mungkin berupa penyebaran ke kulit pada herpes zoster.
Adenovirus paling sering menyebabkan penyakit pernafasan, namun tergantung pada serotipe menginfeksi, mereka juga dapat menyebabkan berbagai penyakit lainnya, seperti gastroenteritis, konjungtivitis, sistitis (infeksi kandung kemih), dan penyakit ruam. Gejala penyakit pernafasan yang disebabkan oleh berbagai infeksi adenovirus dari sindrom flu biasa pneumonia, croup, dan bronkitis. Young bayi dan terutama pasien dengan sistem kekebalan tubuh lebih rentan terhadap komplikasi parah infeksi adenovirus. Penyakit pernapasan akut (ISPA), yang pertama kali dikenal di kalangan merekrut militer selama Perang Dunia II, dapat disebabkan oleh infeksi adenovirus.
B. Penyakit dari Virus RNA
1. Influenza
Virus influenza termasuk genus orthomyxovirus, merupakan virus negative-stranded RNA terdiri atas 3 tipe antigen mayor, yaitu tipe A, B dan C disertai berbagai subtipe. Virus influenza tipe A dan B merupakan penyebab penyakit pada manusia dan banyak dipelajari dibandingkan dengan virus influenza tipe C. Semua virus tadi mempunyai hemaglutinin dan enzim neuraminidase. Virus B dapat menyebar dalam waktu sehari sebelum gejala timbul, tetapi pada kasus influenza A baru tampak setelah 6 hari. Penyebaran virus pada anak dapat bervariasi, tetapi biasanya hanya berlangsung selama kurang dari seminggu pada influenza A dan sampai 2 minggu pada infeksi influenza B. Pada puncak perjalanan penyakit, sekresi saluran nafas mengandung tidak kurang dari 106 partikel virus per mililiter. Masa inkubasi influenza berkisar dari 1 sampai 7 hari, tetapi umumnya berlangsung 2 sampai 3 hari. Diagnosis pasti influenza bergantung kepada isolasi virus dari sekresi saluran nafas atau adanya kenaikan yang bermakna titer antibodi serum pada masa konvalesens. Berbeda dengan adenovirus atau herpes simpleks dari saluran nafas, maka tidak ada pengidap virus influenza, sehingga adanya virus dari isolasi sudah menunjukkan tanda pasti adanya infeksi virus influenza. Antigen influenza dapat pula dideteksi secara cepat dari sel epitel nasofaring dengan antibodi fluoresens yang spesifik. Diagnostik serologik dapat pula dilakukan dengan teknik complement-fixation atau hemagglutination-inhibition. Reagen uji komplemen fiksasi tersedia secara komersial, dan banyak digunakan di laboratorium. Kekurangan dari uji dengan antibodi komplemen fiksasi ialah karena waktu pemeriksaan yang lama, sampai 6 bulan. Pendekatan yang tampaknya akan menunjukkan hasil yang baik adalah pengukuran antibodi terhadap hemaglutinin influenza dengan menggunakan metode ELISA. Uji ini sederhana dan mempunyai kelebihan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgA, IgM dan IgG.
Penyulit diobati sesuai dengan penemuan klinis. Adanya infeksi bakteri ditandai dengan adanya peningkatan suhu recudescence atau berulangnya demam pada waktu pasien memasuki masa awal penyembuhan dini. Sebaiknya segera diambil biakan darah dan pengobatan antibiotik disesuaikan dengan hasil pewarnaan Gram. Penyebab infeksi terbanyak biasanya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Streptococcus pyogenes, maka ampisilin atau amoksisilin biasanya dapat mengatasi masalah ini. Penyebab lain yang dapat menyebabkan 1093 gambaran klinis berat seperti pneumonia, seringkali disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau bakteri patogen Gram-negatif.
Obat anti virus, seperti amantadin hidroklorida yang dipergunakan untuk pasien dewasa terbukti sangat baik khasiatnya terhadap influenza A, tetapi kurang bermanfaat pada influenza B. Di lain pihak hanya sedikit laporan yang menggembirakan tentang pemakaian amantadin atau rimantadin pada anak. Sampai saat ini obat anti virus yang berkhasiat baik terhadap influenza A dan B adalah ribavirin.
Vaksin influenza yang tersedia dalam bentuk in-activated (formalin-treated). Di antara vaksin influenza yang sedang diteliti, terdapat cold-adapted reassortant influenza virus vaccines. Vaksin ini telah dibuktikan memperlihatkan hasil yang baik untuk anak dan dewasa. Terlihatnya adanya peningkatan respons antibodi baik humoral maupun selular, juga tidak tampak efek samping yang berarti.
2. HIV
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positif T-sel dan makrofag– komponenkomponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.18 Pada tahun-tahun pertama setelah terinfeksi tidak ada gejala atau tanda infeksi, kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Penyakit ini disebut sebagai infeksi HIV primer atau akut. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menular pada orang lain.
Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV. Gejalanya meliputi demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan), batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak kemerahan pada kulit (makula / ruam). Diagnosis AIDS dapat ditegakkan apabila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor. Beberapa tes HIV adalah Full Blood Count (FBC), pemeriksaan fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal : Ureum dan Creatinin, analisa urin, pemeriksaan feses lengkap. Pemeriksaan Penunjang adalah tes antibodi terhadap HIV, Viral load, CD4/CD8.
3. Rubella
Rubela (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang berlangsung 2 - 3 hari. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa sekali-sekali terdapat infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura.
Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubela. Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari. Bayi yang lahir dari ibu hamil yang menderita rubela pada trimester pertama bisa terkena sindrom rubela kongenital, yaitu triad anomal kongenital pada mata (katarak), telinga (ketulian) dan defek jantung. Kerusakan jantung dan mata terjadi karena infeksi embrio yang berumur kurang dari 6 minggu, sedangkan ketulian dan defek mental terjadi pada semua embrio yang berumur sampai kira-kira 16 minggu. Kira-kira sepertiga bayi rubela kongenital akan dapat katarak. Katarak ini dapat bilateral atau unilateral dan seringkali sudah ada pada waktu lahir.
Pada neonatus diagnosis rubela intrauterin ditegakkan bila di-temukan 2 dari 3 tanda klinis utama (ketulian, katarak dan/atau retinopati rubela, lesi jantung kongenital), serta ada bukti virologik dan/atau serologik segera setelah lahir, atau mempunyai bukti infeksi rubela maternal selama kehamilan. Adanya antibodi IgM dan produksi antibodi terus menerus merupakan petunjuk infeksi kongenital. Pada bayi yang terinfeksi kongenital IgM serum spesifik rubela dapat dideteksi sejak lahir selama beberapa bulan. Pencegahan rubela dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 15 bulan atau lebih.
4. CAMPAK
Campak disebabkan oleh paramyxovirus, virus dengan rantai tunggal RNA yang memiliki satu tipe antigen. Manusia merupakan satu-satunya pejamu alami bagi penyakit ini. Virus campak mengenai traktus respiratorius atas dan kelenjar limfe regional dan menyebar secara sistemik selama viremia yang berlangsung singkat dengan titer virus yang rendah. Infeksi campak dibagi menjadi 4 fase yaitu: inkubasi, prodormal (kataral), eksentematosa (ruam), dan fase penyembuhan. Masa inkubasi adalah sekitar 8-12 hari dari saat pajanan sampai terjadinya gejala atau 14 hari setelah pajanan sampai terjadinya ruam. Manifestasi klinis yang terjadi pada 3 hari fase prodormal adalah batuk, pilek, konjungtivitis, dan tanda patogonomonik bercak Koplik (Koplik Spof) (bintik putih keabuan, di mukosa bukal sisi berlawanan dari molar bawah) yang dapat ditemukan hanya terjadi selama 12-24 jam. Pada konjungtiva timbul garis radang transversal sepanjang pinggir kelopak mata (garis Stimson). Gejala klasik campak berupa batuk, pilek, dan konjungtivitis yang makin berat timbul selama viremia sekunder dari fase eksantematosa yang seringkali diikuti dengan timbulnya demam tinggi (40°C – 45°C). Ruam makular mulai timbul di kepala (seringkali di bagian bawah garis rambut) dan menyebar kesebagian besar tubuh dalam waktu 24 jam dengan arah distribusi dari servikal ke kaudal. Ruam seringkali berkonfluensi. Ruam akan menghilang dengan pola yang sama. Tingkat keparahan penyakit dikaitkan dengan luasnya penyebaran ruam. Kadangkala disertai dengan adanya petekie ataupun perdarahan (campak hitam/black measles). Saat ruam menghilang terjadi perubahan warna ruam menjadi kecoklatan kemudian mengalami deskuamasi.
Komentar
Posting Komentar