Virus DNA dan RNA

 

            Virus berasal dari bahasa Latin yang berarti “racun”. Virus memiliki ciri khusus yang membedakan dengan kelompok mahkluk hidup yang lain. Dalam klsifikasi makhluk hidup, virus dipisahkan menjadi kelompok tersendiri. Cabang biologi yang mempelajari tetang virus adalah virologi (Campbell, dkk. 2010: 412). Virus juga merupakan partikel yang bertindak sebagai Parasit obligat. Yang mana kecenderungan ini membuat virus harus bergantung pada sel hidup agar dapat berkembang dan bertahan hidup. 


           Berdasarkan Komponen penyusunnya Virus terdiri memiliki perbedaan yang cukup signifikan terutama dalam komponen penyusun genetik. Terdapat Virus yang memiliki Komponen DNA dan RNA. Tergantung pada genomnya, virus dapat berupa virus DNA atau virus RNA. Lebih lanjut, DNA dapat berupa untai tunggal atau untai ganda; bisa juga linier atau melingkar.


DNA VIRUS ITU APA?

Virus DNA adalah virus yang mengandung genom DNA. Beberapa virus mengandung genom DNA untai ganda, sementara beberapa lainnya mengandung genom DNA untai tunggal. Oleh karena itu, mereka termasuk dalam grup 1 dan grup 2 dari klasifikasi Baltimore. Selanjutnya, genom ini bisa linier atau tersegmentasi.

Selain itu, virus ini biasanya besar, icosahedral, diselimuti lipoprotein, dan mereka tidak memiliki enzim polimerase. Kapan pun mereka mereplikasi, mereka menggunakan DNA polimerase inang atau DNA polimerase yang disandikan secara virus. Selain itu, mereka menyebabkan infeksi laten. Beberapa contoh virus DNA adalah virus herpes, poxvirus, hepadnavirus, dan hepatitis B.

RNA VIRUS ITU APA?

Virus RNA adalah virus dengan RNA dalam genomnya. Virus-virus ini dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai virus RNA untai tunggal dan virus RNA untai ganda. Namun, sebagian besar virus RNA adalah single-stranded dan mereka dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi virus RNA negative-sense dan positive-sense. RNA positive-sense berfungsi langsung sebagai mRNA. Tetapi untuk berfungsi sebagai mRNA, RNA indra-negatif harus menggunakan RNA polimerase untuk mensintesis untai positif dan komplementer.

Virus RNA termasuk dalam kelompok III, IV, dan V dari klasifikasi Baltimore. Kelompok III mencakup virus RNA untai ganda, sedangkan kelompok IV mencakup virus RNA untai tunggal rasa positif. Akhirnya, grup V menyertakan virus ssRNA akal-negatif. Selain itu, retrovirus juga memiliki genom RNA beruntai tunggal, tetapi mereka mentranskripsi melalui perantara DNA. Oleh karena itu, mereka tidak dianggap sebagai virus RNA. Rhabdovirus, coronavirus, SARS, poliovirus, rhinovirus, virus hepatitis A, dan virus influenza, dll beberapa Virus ini merupakan Contoh virus dengan golongan RNA. \


    A. Penyakit dari Virus DNA 


            1. Polio 

                Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus polio yang berasal dari genus Enterovirus dan family Picorna viridae (Miller, 2004). Penyakit ini ditandai dengan gejala nyeri tenggorokan, rasa tidak enak diperut disertai demam ringan, nyeri kepala ringan,dan kelumpuhan akut, kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa . Wilson (2001) menyatakan bahwa penyakit polio (Poliomyelitis) tersebut dinilai berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi, kerusakan otak yang menyebabkan kelumpuhan pada organ dalam, kelumpuhan pada kaki, otot-otot dan bahkan kematian (polio bulbar). Menurut Wilson (2001) disebutkan bahwa individu yang terjangkit polio jenis paralisis spinal tidak akan sembuh disebabkan vaksinasi hanya dapat dilakukan sebelum tertular. Strain poliovirus jenis ini menyerang saraf tulang belakang yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada kaki secara permanen. Akan tetapi polio jenis ini tidak mematikan karena tidak menyerang organ vital. Berdasarkan data dari WHO (2008), penyebaran penyakit polio dapat ditekan dengan program vaksinasi. Sampai saat ini, program vaksinasi masih dipercaya sebagai cara yang paling efektif dalam menekan penyebaran penyakit polio.

                Masa inkubasi Poliomielitis berkisar antara 3 -6 hari dan kelumpuhan akan terjadi dalam waktu 7-21 hari. Replikasi di motor neuron terutama terjadi di sumsum tulang belakang menimbulkan kerusakan sel dan kelumpuhan serta atrofi, sedang virus yang berbiak di batang otak akan meyebabkan kelumpuhan bulbar dan kelumpuhan pernafasan. Manifestasi klinis paparan virus polio pada manusia ada 4 bentuk yaitu: 1. Inapparent infection tanpa gejala klinik yang banyak terjadi (72%), 2. Minor Illness (abortif Poliomielitis) dengan gejala panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemas, tidak ada nafsu makan dan sakit pada tenggorokan, gangguan gastrointestinal, dan nyeri kepala ringan. Pemeriksaan fisik dalam batas normal, pemeriksaan CSS normal dan sembuh dalam waktu 24-72 jam. 3. Non paralitik Poliomielitis (meningitis aseptik), ditandai dengan adanya demam tinggi 39,5 °C, sakit kepala, nyeri pada ototr, hiperestesi dan parestesi, tidak ada nafsu makan, mual, muantah, konstipasi atau diare dapat timbul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kaku kuduk, brudzinki dan kernig positif, perubahan refleks permukaan dan refleks dalam dimana refkes tersebut mulai menurun. Hasil lumbal pungsi didapatkan adanya kenaikan sel, pada permulaan PMN (polimorfonuklear) kemudian berubah menjadi mononuklear, protein normal atau sedikit meningkat dan kadar glukosa normal. 4. Paralitik Poliomielitis, dimulai dengan gejala seperti non paralytik Poliomielitis ditambah dengan diketemukannya kelumpuhan pada satu atau dua ekstremitas dan hilangnya refleks superfisial atau refleks tendon dalam (tipe spinal). Pada major illness, gejala klinis dimulai dengan demam, kelemahan yang terjadi dalam beberapa jam, nyeri kepala dan muntah.


            2. Varisela

                Varisela disebabkan oleh virus Herpes varicella atau disebut juga varicella-zoster virus (VZV). Varisela terkenal dengan nama chickenpox atau cacar air adalah penyakit primer VZV, yang pada umumnya menyerang anak. Sedangkan herpes zoster atau shingles merupakan suatu reaktivitasi infeksi endogen pada periode laten VZV, umumnya menyerang orang dewasa atau anak yang menderita defisiensi imun. Varisela sangat mudah menular terutama melalui percikan ludah, dapat juga kontak langsung dan jarang melalui kontak tidak langsung. Varisela dapat menyerang semua golongan umur termasuk neonatus, 90% kasus berumur 10 tahun dan terbanyak umur 5-9 tahun. Viremia terjadi pada masa prodromal sehingga transmisi virus dapat terjadi pada fetus intrauterin atau melalui transfusi darah. Pasien dapat menularkan penyakit selama 24 jam sebelum lesi kulit timbul, sampai semua lesi timbul krusta/keropeng, biasanya 7-8 hari. Seumur hidup seseorang hanya satu kali menderita varisela. Serangan kedua mungkin berupa penyebaran ke kulit pada herpes zoster.


             Manivfestasi klinis dari varisela antara lain Stadium Prodromal Gejala prodromal timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi, dengan timbulnya ruam kulit disertai demam yang tidak begitu tinggi serta malaise. Pada anak lebih besar besar dan dewasa ruam didahului oleh demam selama 2-3 hari sebelumnya, menggigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa kasus nyeri tenggorok dan batuk.  Stadium Erupsi Ruam kulit muncul di muka dan kulit kepala, dengan cepat menyebar ke badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup dan jarang ditemukan pada telapak kaki dan tangan. Penyebaran lesi varisela bersifat sentrifugal. Gambaran yang menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula kemerahan ke papula, vesikula, pustula dan akhirnya menjadi krusta. Perubahan ini hanya terjadi dalam waktu 8-12 jam. Gambaran vesikel khas, superfisial, dinding tipis dan terlihat seperti tetesan air. Penampang 2-3 mm berbentuk elips dengan sumbu sejajar garis lipatan kulit. Cairan vesikel pada permulaan jernih, dan dengan cepat menjadi keruh akibat serbukan sel radang dan menjadi pustula. Lesi kemudian mengering yang dimulai dari bagian tengah dan akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam waktu 1-3 minggu bergantung kepada dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal berwarna merah muda dan kemudian berangsur-angsur hilang. Apabila terdapat penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi jaringan parut.

                3. Herpes Simplex Virus

            Herpes simplex virus (HSV) atau dikenal dengan Human herpes virus merupakan virus DNA dari famili herpesviridae genus simplexvirus. Ada 2 tipe HSV yaitu HSV-1 dan HSV-2 yang diketahui merupakan patogen bagi manusia dan manusia adalah satu-satunya reservoar HSV. Keunikan HSV adalah mampu bergerak di neuron, bermultiplikasi di ganglion dan bersifat laten. Cara penularan HSV dipengaruhi 2 faktor yaitu melalui kontak erat dengan (kulit-mukosa) penderita yang terinfeksi dan adanya trauma (luka terbuka) Terdapat 3 jenis infeksi HSV yaitu: 

(1) Infeksi primer (primary infection) adalah infeksi pada seseorang yang seronegatif terhadap HSV. Infeksi ini merupakan infeksi pertama pada seseorang yang rentan, umumnya subklinis atau terbatas pada lesi superfisial disertai gejala sistemi ringan. Pada neonatus, penderita imunokompromais, dan penderita gizi buruk, infeksi primer dapat mengakibatkan manifestasi klinis berat bahkan tanpa disertai lesi superfisial. Antibodi sirkulasi dan respon selular kemudian muncul setelah infeksi dimulai. 
(2) Infeksi pertama tapi bukan primer (First infection, nonprimary) Infeksi pada seseorang yang telah memiliki imunitas terhadap salah satu HSV (misalnya HSV-1), namun terinfeksi oleh HSV tipe lain (misalnya HSV-2). Umumnya infeksi jenis ini lebih ringan daripada infeksi primer, namun bila infeksi jenis ini terjadi pada ibu hamil menjelang melahirkan maka bayi yang terinfeksi dapat mengalami infeksi berat akibat tidak adanya antibodi spesifik. 
(3) Infeksi rekuren (recurrent infection) Merupakan rektifasi infeksi laten pada penderita yang telah memiliki imunitas HSV. Reaktifasi ini terjadi akibat stimulasi nonspesifik seperti perubahan external milieu (misalnya dingin, cahaya ultraviolet) atau internal milleu (misalnya menstruasi, demam, atau stress emosional).

            Manifestasi klinis penyakit HSV sangat bervariasi, dapat bersifat infeksi lokal ataupun sistemik. Manifestasi klinis bisa asimtomatik hingga gejala sistemik berat. Secara klinis penyakit HSV dapat digolongkan sebagai berikut: lesi mukokutaneus; ginggivostomatitis herpetika akut;

                stomatitis dan herpes labialis rekuren; eksim herpetikum (Kaposi Varicelliform eruption); infeksi ocular; herpes genital; infeksi sistem saraf pusat. Pengobatan eradikasi HSV adalah dengan pemberian acyclovir 10-20 mg/kgBB/dosis, 4x sehari (maks 1g/hari), selama 7-10 hari. Untuk penyakit HSV neurologis (ensefalitis dan meningitis aseptik), acyclovir diberikan intra vena 10 mg/kgBB/dosis, tiap 8 jam, diberikan dalam waktu 1 jam, selama 14-21 hari. Pemberian acyclovir untuk penderita imunokompromais adalah intra vena 10 mg/kgBB/dosis, tiap 8 jam, lama pemeberian tergantung respon klinis. Untuk manifestasi klinis yang lebih berat dosis dapat diberikan lebih tinggi.
 


                4. Papilloma Virus (HPV)

                   Papiloma laring merupakan tumor jinak yang tampak sebagai kutil yang berbentuk soliter atau multipel yang dapat tumbuh disepanjang traktus respiratorius terutama laring dan trakea. Penyakit ini cenderung kambuh sehingga disebut juga recurrent respiratory papillomatosis dan dapat berubah menjadi ganas. Penyakit ini bisa terjadi pada anak dan dewasa. Pada anak paling sering dijumpai pada umur 2-4 tahun, sedangkan pada dewasa rata-rata usia 20-40 tahun. Papiloma laring sebenarnya kasus jarang pada dewasa. Di Amerika Serikat tercatat perbandingan kasus papiloma pada anak dibanding dewasa adalah per 100.000 anak dibanding 1, 8 per 100.000 dewasa.1,2,4,5 Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). 1,2,4,5 Ada sekitar 200 jenis tipe HPV yang ada, dimana tipe HPV 6 dan HPV 11 adalah virus yang sering ditemukan pada papiloma laring. 1,2,4,5 HPV 16 dan HPV 18 ditemukan pada papiloma laring yang telah bertransformasi menjadi ganas.6-8 Seringnya kekambuhan papiloma ini telah menimbulkan masalah tersendiri dari segi ekonomi. Di Amerika Serikat data menunjukkan dibutuhkan lebih dari $100 juta pertahun untuk menangani 15.000 kasus tindakan operasi. Beberapa studi menunjukkan HPV 11 menunjukkan agresifitas dari penyakit dimana akan sering membutuhkan penanganan bedah. Papiloma laring merupakan penyakit yang jarang. Tempat yang paling sering terinfeksi adalah daerah laring terutama pita suara. Papiloma laring adalah tumor yang bersifat jinak, sering kambuh dan cenderung berubah menjadi ganas. Penyebab penyakit ini adalah human papilloma virus (HPV)

                  Gejala klinis yang timbul tergantung pada letak dan besarnya tumor. Biasanya penderita datang dengan suara serak. Jika diagnosis terlambat papiloma dapat tumbuh menyebabkan afonia dan obstruksi jalan napas. Gejala yang paling sering dijumpai adalah perubahan suara. Suara serak merupakan gejala dini dan keluhan yang paling sering dikemukakan. apabila tumor tersebut terletak di pita suara. Papiloma laring dapat membesar, Kadang-kadang dapat mengakibatkan sumbatan jalan nafas yang mengakibatkan stridor dan sesak. Timbulnya sesak merupakan suatu tanda bahwa telah terjadi sumbatan jalan nafas bagian atas dan biasanya diperlukan tindakan trakeostomi.


                5. Adenovirus 

             Adenovirus - sekelompok virus yang menginfeksi selaput (lapisan jaringan) dari saluran pernapasan, mata, usus, dan saluran kemih - menyumbang sekitar 10% dari infeksi saluran pernapasan akut pada anak-anak dan sering menjadi penyebab diare. adenovirus yang berukuran sedang (90-100 nm), virus icosohedral nonenveloped mengandung DNA beruntai ganda.Setidaknya ada 52 jenis kekebalannya berbeda yang dapat menyebabkan infeksi manusia. Adenovirus yang luar biasa stabil kepada agen kimia dan fisik dan dengan kondisi pH yang merugikan, sehingga memungkinkan untuk bertahan lama di luar tubuh. infeksi Adenoviral mempengaruhi bayi dan anak-anak muda jauh lebih sering daripada orang dewasa. pusat Anak dan sekolah kadang mengalami beberapa kasus infeksi pernapasan dan diare yang disebabkan oleh adenovirus. Meskipun infeksi dapat terjadi setiap saat sepanjang tahun, saluran penyakit pernafasan yang disebabkan oleh adenovirus lebih umum di akhir musim dingin, musim semi, dan awal musim panas. Namun, konjungtivitis dan demam pharyngoconjunctival disebabkan oleh adenovirus cenderung mempengaruhi anak-anak yang lebih tua terutama di musim panas. Mayoritas penduduk akan mengalami setidaknya satu infeksi adenoviral pada usia 10. Meskipun infeksi adenoviral pada anak-anak dapat terjadi pada semua usia, sebagian besar terjadi di tahun-tahun pertama kehidupan. Karena terdapat banyak jenis adenovirus, infeksi adenoviral berulang dapat terjadi.


             Adenovirus paling sering menyebabkan penyakit pernafasan, namun tergantung pada serotipe menginfeksi, mereka juga dapat menyebabkan berbagai penyakit lainnya, seperti gastroenteritis, konjungtivitis, sistitis (infeksi kandung kemih), dan penyakit ruam. Gejala penyakit pernafasan yang disebabkan oleh berbagai infeksi adenovirus dari sindrom flu biasa pneumonia, croup, dan bronkitis. Young bayi dan terutama pasien dengan sistem kekebalan tubuh lebih rentan terhadap komplikasi parah infeksi adenovirus. Penyakit pernapasan akut (ISPA), yang pertama kali dikenal di kalangan merekrut militer selama Perang Dunia II, dapat disebabkan oleh infeksi adenovirus.



        B. Penyakit dari Virus RNA


                1. Influenza


                        Virus influenza termasuk genus orthomyxovirus, merupakan virus negative-stranded RNA terdiri atas 3 tipe antigen mayor, yaitu tipe A, B dan C disertai berbagai subtipe. Virus influenza tipe A dan B merupakan penyebab penyakit pada manusia dan banyak dipelajari dibandingkan dengan virus influenza tipe C. Semua virus tadi mempunyai hemaglutinin dan enzim neuraminidase. Virus B dapat menyebar dalam waktu sehari sebelum gejala timbul, tetapi pada kasus influenza A baru tampak setelah 6 hari. Penyebaran virus pada anak dapat bervariasi, tetapi biasanya hanya berlangsung selama kurang dari seminggu pada influenza A dan sampai 2 minggu pada infeksi influenza B. Pada puncak perjalanan penyakit, sekresi saluran nafas mengandung tidak kurang dari 106 partikel virus per mililiter. Masa inkubasi influenza berkisar dari 1 sampai 7 hari, tetapi umumnya berlangsung 2 sampai 3 hari. Diagnosis pasti influenza bergantung kepada isolasi virus dari sekresi saluran nafas atau adanya kenaikan yang bermakna titer antibodi serum pada masa konvalesens. Berbeda dengan adenovirus atau herpes simpleks dari saluran nafas, maka tidak ada pengidap virus influenza, sehingga adanya virus dari isolasi sudah menunjukkan tanda pasti adanya infeksi virus influenza. Antigen influenza dapat pula dideteksi secara cepat dari sel epitel nasofaring dengan antibodi fluoresens yang spesifik. Diagnostik serologik dapat pula dilakukan dengan teknik complement-fixation atau hemagglutination-inhibition. Reagen uji komplemen fiksasi tersedia secara komersial, dan banyak digunakan di laboratorium. Kekurangan dari uji dengan antibodi komplemen fiksasi ialah karena waktu pemeriksaan yang lama, sampai 6 bulan. Pendekatan yang tampaknya akan menunjukkan hasil yang baik adalah pengukuran antibodi terhadap hemaglutinin influenza dengan menggunakan metode ELISA. Uji ini sederhana dan mempunyai kelebihan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgA, IgM dan IgG.


                    Penyulit diobati sesuai dengan penemuan klinis. Adanya infeksi bakteri ditandai dengan adanya peningkatan suhu recudescence atau berulangnya demam pada waktu pasien memasuki masa awal penyembuhan dini. Sebaiknya segera diambil biakan darah dan pengobatan antibiotik disesuaikan dengan hasil pewarnaan Gram. Penyebab infeksi terbanyak biasanya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Streptococcus pyogenes, maka ampisilin atau amoksisilin biasanya dapat mengatasi masalah ini. Penyebab lain yang dapat menyebabkan 1093 gambaran klinis berat seperti pneumonia, seringkali disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau bakteri patogen Gram-negatif. 



                        Obat anti virus, seperti amantadin hidroklorida yang dipergunakan untuk pasien dewasa terbukti sangat baik khasiatnya terhadap influenza A, tetapi kurang bermanfaat pada influenza B. Di lain pihak hanya sedikit laporan yang menggembirakan tentang pemakaian amantadin atau rimantadin pada anak. Sampai saat ini obat anti virus yang berkhasiat baik terhadap influenza A dan B adalah ribavirin.


                            

                            Vaksin influenza yang tersedia dalam bentuk in-activated (formalin-treated). Di antara vaksin influenza yang sedang diteliti, terdapat cold-adapted reassortant influenza virus vaccines. Vaksin ini telah dibuktikan memperlihatkan hasil yang baik untuk anak dan dewasa. Terlihatnya adanya peningkatan respons antibodi baik humoral maupun selular, juga tidak tampak efek samping yang berarti.


                    

                2. HIV


                      HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positif T-sel dan makrofag– komponenkomponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.18 Pada tahun-tahun pertama setelah terinfeksi tidak ada gejala atau tanda infeksi, kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Penyakit ini disebut sebagai infeksi HIV primer atau akut. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menular pada orang lain.


                     Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV. Gejalanya meliputi demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan), batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak kemerahan pada kulit (makula / ruam). Diagnosis AIDS dapat ditegakkan apabila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor. Beberapa tes HIV adalah Full Blood Count (FBC), pemeriksaan fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal : Ureum dan Creatinin, analisa urin, pemeriksaan feses lengkap. Pemeriksaan Penunjang adalah tes antibodi terhadap HIV, Viral load, CD4/CD8.


                     3. Rubella 


                   Rubela (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang berlangsung 2 - 3 hari. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa sekali-sekali terdapat infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura.


              Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubela. Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari. Bayi yang lahir dari ibu hamil yang menderita rubela pada trimester pertama bisa terkena sindrom rubela kongenital, yaitu triad anomal kongenital pada mata (katarak), telinga (ketulian) dan defek jantung. Kerusakan jantung dan mata terjadi karena infeksi embrio yang berumur kurang dari 6 minggu, sedangkan ketulian dan defek mental terjadi pada semua embrio yang berumur sampai kira-kira 16 minggu. Kira-kira sepertiga bayi rubela kongenital akan dapat katarak. Katarak ini dapat bilateral atau unilateral dan seringkali sudah ada pada waktu lahir.


            Pada neonatus diagnosis rubela intrauterin ditegakkan bila di-temukan 2 dari 3 tanda klinis utama (ketulian, katarak dan/atau retinopati rubela, lesi jantung kongenital), serta ada bukti virologik dan/atau serologik segera setelah lahir, atau mempunyai bukti infeksi rubela maternal selama kehamilan. Adanya antibodi IgM dan produksi antibodi terus menerus merupakan petunjuk infeksi kongenital. Pada bayi yang terinfeksi kongenital IgM serum spesifik rubela dapat dideteksi sejak lahir selama beberapa bulan. Pencegahan rubela dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 15 bulan atau lebih.



                    4. CAMPAK 


                    Campak disebabkan oleh paramyxovirus, virus dengan rantai tunggal RNA yang memiliki satu tipe antigen. Manusia merupakan satu-satunya pejamu alami bagi penyakit ini. Virus campak mengenai traktus respiratorius atas dan kelenjar limfe regional dan menyebar secara sistemik selama viremia yang berlangsung singkat dengan titer virus yang rendah. Infeksi campak dibagi menjadi 4 fase yaitu: inkubasi, prodormal (kataral), eksentematosa (ruam), dan fase penyembuhan. Masa inkubasi adalah sekitar 8-12 hari dari saat pajanan sampai terjadinya gejala atau 14 hari setelah pajanan sampai terjadinya ruam. Manifestasi klinis yang terjadi pada 3 hari fase prodormal adalah batuk, pilek, konjungtivitis, dan tanda patogonomonik bercak Koplik (Koplik Spof) (bintik putih keabuan, di mukosa bukal sisi berlawanan dari molar bawah) yang dapat ditemukan hanya terjadi selama 12-24 jam. Pada konjungtiva timbul garis radang transversal sepanjang pinggir kelopak mata (garis Stimson). Gejala klasik campak berupa batuk, pilek, dan konjungtivitis yang makin berat timbul selama viremia sekunder dari fase eksantematosa yang seringkali diikuti dengan timbulnya demam tinggi (40°C – 45°C). Ruam makular mulai timbul di kepala (seringkali di bagian bawah garis rambut) dan menyebar kesebagian besar tubuh dalam waktu 24 jam dengan arah distribusi dari servikal ke kaudal. Ruam seringkali berkonfluensi. Ruam akan menghilang dengan pola yang sama. Tingkat keparahan penyakit dikaitkan dengan luasnya penyebaran ruam. Kadangkala disertai dengan adanya petekie ataupun perdarahan (campak hitam/black measles). Saat ruam menghilang terjadi perubahan warna ruam menjadi kecoklatan kemudian mengalami deskuamasi. 

            

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembahasan FTS Steril : Injeksi Rekonstitusi

10 Website Jurnal Kesehatan Indonesia Gratis : Website Jurnal Kesehatan, Jurnal Kesehatan dengan Biaya Publikasi Gratis

Handbook Pharmacotheraphy : Panduan Lengkap untuk Praktisi dan Mahasiswa Kesehatan