PEMBAHASAN LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INTRUMEN 1

        

    Buat semua yang Lihat Blog ini, maaf yaa, nulisnya cuma pembahasan xixixixi.... versi full buat belajar kalau ada waktu nanti di upload.. buat ide tugas yang mau dikerjain WA 088233702087... Biar semua senang..


PEMBAHASAN

Pada Praktikum kali ini sediaan sample yaitu parasetamol diuji absorbansinya untuk mengetahui pengaruh gelombang absorbansi parasetamol dengan perbedaan pelarut. Pada tahap pertama sample dilarutkan didalam NaOH dan Etanol. Dimana kedua pelarut ini merupakan pelarut yang mudah melarutkan sample . Sample kemudian dianalisa menggunakan sepktofotometer karena secara struktur diketahui bahwa parasetamol mempunyai gugus kromosfotr dan gugus auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet. 


Pada spektofoter membutuhkan penentuan panjang gelombang maksimum dimana panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang yang memberikan asorbansi maksimal terhadap kompleks warna yang terbentuk dari analit. Penentuan panjang gelombang maksimal dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjangn gelombang dari suatu baku pada konsenterasi tertentu sehingga diperoleh kurva kalibrasi. Selain penentuan panjang gelombang kita juga harus melakukan base line terhadap larutan blangko. Larutan blangko ialah larutan yang berisi pelarut sample. Base line terhadap langko di;alula agar pelarut sample tidak ikut terbaca pada saat pembacaan gelombang maupun absorbansi. 


Pada hasil diperoleh 2 puncak gelombang, dengan 2 absorbansi yang berbeda dari setiap pelarut yang digunakan untuk melarutkan sample (Etanol dan NaOH). Berdasarkan Plot Hukum Lambert – Beer rentang absorbansi memiliki rentang antara 0,2 – 0,8 yang menunjukan bahwa hubungan antara konsenterasi dan absorbansi memiliki hubungan yang linier (Suhartati, 2013). Sehingga data yang diambil sebagai acuan dari hasil ialah data dengan nilai absorbansi pada rentang 0,2-0,8. Hasil yang diambil dengan pelarut Etanol dan NaOH secara berturut turut yaitu 248 nm dan  257 nm. Data ini menunjukan perbedaan yang cukup signifikan antara panjang gelombang dari analit 1 dan analit 2. Perbedaan panjang gelombang ini disebut dengan efek batokromik atau pergeseran merah yang mana hal ini akan menimbulkan perubahan absorpsi panjang gelombang kea rah panjang gelombang yang lebih besar. Efek ini dapat timbul melalui beberapa faktor diantaranya adalah keberadaan subtituen tertentu pada kromofor hingga perubahan pelarut. Jika pelarut yang digunakan pada sample memiliki tingkat kepolaran yang sama maka hal ini akan mempermudah interaksi eksitasi, yang mana interaksi eksitasi ini akan memicu tingkat energi eksitasi yang menurun sehingga panjang gelombang yang dihasilkan menjadi lebih besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelarut yang digunakan dalam praktikum ini memiliki tingkat kepolaran yang berbeda. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembahasan FTS Steril : Injeksi Rekonstitusi

10 Website Jurnal Kesehatan Indonesia Gratis : Website Jurnal Kesehatan, Jurnal Kesehatan dengan Biaya Publikasi Gratis

Handbook Pharmacotheraphy : Panduan Lengkap untuk Praktisi dan Mahasiswa Kesehatan